Penulis: Sawang Lazuardi (Peneliti IUTRI)
Arus mudik Lebaran yang menggunakan jalan raya dari Jabodetabek ke timur sangat besar dibandingkan dengan daya tampung jalan yang ada, baik pada jalan tol maupun arteri. Akibatnya terjadi kemacetan yang berat. Telaah mengenai ini menjadi penting karena sebentar lagi kita menghadapi Lebaran 2016 (1437 H).
Memperkirakan upaya untuk menghadapi Lebaran 2016 perlu mempelajari kondisi lalu lintas Lebaran 2015. Fokus pembahasan adalah pada koridor utara pulau Jawa antara Jabodetabek sampai Tegal. Hal ini dilakukan bukan berarti di jalur dan lokasi lain tidak terjadi masalah kemacetan, namun tampaknya jalur utara ini telah memperlihatkan kemacetan yang sangat tinggi padahal pemudik berharap kemacetan berkurang dengan adanya operasi tol Cipali.
A. KONDISI KEMACETAN
Para pemerhati jalan sebenarnya sudah menduga akan terjadi kemacetan yang besar di jalan arteri ujung sistem tol pada Lebaran 2015. Yang tidak terduga adalah kemacetan demikian besar. Hal ini disebabkan adanya “euforia” tol Cipali yang menyebabkan arus di tol demikian tinggi, efek filter berkurang arus menjadi deras. Terjadi ketidak seimbangan yang berat antara demand dan supply. Kemampuan layanan pintu tol juga di bawah standar. Apakah “euforia” benar terjadi?, masih perlu menunggu Lebaran tahun 2016 ini.
Manajemen lalu lintas, khususnya di jalan arteri sejauh pengamatan pada koridor itu telah dilakukan secara maksimal. Teknik lalu lintas yang “ekstrim” telah dilakukan, seperti pengoperasian sistem satu arah, contra flow, penutupan simpang, “pemagaran” median, dan lainnya. Namun kemacetan di akhir sistem tol yaitu di Pejagan, Brebes dan Tegal, bahkan di dalam tol demikian besar.
Pemantauan menunjukan bahwa pada H-2 di jalan tol waktu perjalanan dari Kota Depok ke Kanci mencapai 12,5 jam (240 Km), diantaranya waktu untuk mengantri di pintu- pintu tol sekitar 5 jam. Informasi yang diperoleh bahwa di jalan arteri dari Kota Bekasi sampai Kanci relatif lancar. Dengan jarak yang hampir sama, waktu yang dibutuhkan dari Bekasi ke Kanci hanya 7 sampai 8 jam (pagi-siang) pada H-2 Lebaran 2015 tersebut. Jalan arteri ini menjadi “surga” pemudik sepeda motor.
Jika perjalanan itu diteruskan maka akan sampai Tegal malam hari. Banyak pemudik yang berangkat pada H-2 tersebut harus bermalam di Brebes, Tegal atau Surodadi. Sebagian tidak mendapat penginapan dan gagal melaksanakan sholat ied.
Waktu Perjalanan di Tol pada H-2 Lebaran 2015
Di tol Pejagan kondisinya tidak lebih baik. Antrian di pintu Mertapada mencapai 5 km dengan waktu satu jam. Di simpang Pejagan (keluar tol) harus mengantri selama 3 jam (9 km). Kemacetan di tol ini masih berlangsung sampai H-1 malam.
Kemacetan di Tol pada Lebaran 2015 H-1
Bagaimana dengan lalu lintas jalan arteri?. Berbeda dengan arteri barat, pada arteri bagian timur Jawa Barat sampai Jawa Tengah mengalami kemacetan yang luar biasa pada H-2 dan H-1. Pada H-2 kemacetan sudah mencapai Bulakamba (Brebes Barat). Hal ini disebabkan arus besar Jabodetabek yang berangkat dini hari H-2 sudah sampai disini. Sebab kemacetan adalah akumulasi bottleneck di Tegal dan Brebes.
Kemacetan di Arteri Pantura Brebes pada Lebaran 2015 H-2
Pada H-1 kemacetan di arteri terjadi sepanjang hari. Sempat terjadi kemacetan mencapai Gebang atau sepanjang lebih 50 km sebelum Tegal. Pada saat itu dari Pejagan ke Kaligangsa (simpang tol darurat) ditempuh 11 jam untuk 22 Km. Semakin sore kemacetan berkurang.
Kemacetan di Arteri Pantura Brebes dan Tol pada Lebaran 2015 H-1
Kemacetan di Arteri Pantura Brebes dan Tegal Lebaran 2015 H-1
Ruas arteri Pantura selepas Tegal sampai Pekalongan belum memperlihatkan kemacetan yang berat. Namun demikian apabila sampai Tegal lebih lancar dipastikan kemacetan akan bergeser ke arah timur karena efek filternya berkurang, namun intesitasnya semakin turun karena pemudik banyak yang sudah sampai tujuan. Kondisi kemacetan seperti ini akan terus berlanjut sampai sistem tol lengkap hingga Semarang.
Kemacetan di Arteri PanturaTegal- Pekalongan Lebaran 2015 H-1
B. SEBAB KEMACETAN
Sebab kemacetan yang utama adalah arus lalu lintas yang jauh melampaui kapasitas jalan. Manajemen yang “ekstrim” tersebut tetap tidak dapat menampung secara cukup. Tercatat dalam satu jam tertinggi di simpang Pejagan- Arteri Pantura, sekitar 4100 smp bertemu dengan arus hampir 2000 smp pada ruas 2 lajur perarah. Geometrik jalan di Brebes normalnya hanya 2 lajur perarah maksimum 3000 smp/jam, atau jika contraflow (3 lajur) mungkin hanya 4000 smp/jam, jelas terjadi kelebihan beban. Nampaknya bahwa waktu libur menjelang Lebaran, yang hanya dua hari jauh dari cukup untuk membagi beban.
Sebab kedua adalah manajemen. Diakui bahwa manajemen arus mudik telah diupayakan sebaik mungkin, namun masih ada kekurangan yaitu: pertama kapasitas pintu tol Cipali kurang. Kedua derouting tol kepada arteri tidak maksimal: buka tutup tol Cipali di Sumberjaya hanya dilakukan sampai sore hari H-2. Kemudian pintu tol Cileduk tidak difungsikan untuk membagi pemudik yang hendak ke selatan (Purwokerto). Operasi simpang tol Kaligangsa tidak sempurna sehingga sangat menghambat perjalanan dari arteri. Tidak adanya rute lain di Kota Tegal kecuali melalui simpang Maya dan Dr. Soetomo- Gajah Mada
Simpang Maya dan Dr. Soetomo- Gajah Mada memiliki keterbatasan dimensi. Dalam manajemen lebaran arus mudik dari barat di simpang ini dibuat menerus tanpa fasa. Normalnya jalur pendekat dari barat hanya dua lajur yang harus membelok tajam tiga kali untuk kemudian masuk ke jalan Gajah Mada, sehingga menjadi bottleneck berat di kota Tegal. Kapasitasnya sangat tidak seimbang dengan arus mudik lebaran.
Kemacetan Simpang Maya/ Soetomo Kota Tegal Lebaran 2015 H-2
Sebab lain merupakan turunan dari sebab utama tersebut. Karena kemacetan akibat beban berlebih demikian lama maka pemudik kelelahan, kehabisan bekal, dan bahan bakar. Akibatnya pemudik akan beristirahat dan mengisi bahan bakar yang menimbulkan antrian karena daya tampung SPBU/restarea terbatas. Ekor antrian mengganggu jalur lalu lintas sehingga arus menerus tertahan. Buka tutup SPBU/restarea terpaksa dilakukan, semakin menambah lelah. Pemudik beristirahat di tepi jalan. Keadaan seperti ini terjadi baik di dalam tol maupun arteri, khususnya di tol Cikampek, Palikanci-Pejagan. Di tol Cipali sejauh pengamatan tidak terlalu bermasalah kecuali di restare tipe A. Dampak paling berat terjadi akibat antrian di SPBU/ warung di simpang Pejagan- Ketanggungan yang menyebabkan ekor antrian menjalar 9 km ke dalam tol Pejagan menghalangi arus menerus ke Brebes Timur (Kaligangsa).
C. SOLUSI
Manajemen Operasi Ketupat tahun 2015 dapat dipertahankan dan dikembangkan, dengan memperhatikan kondisi sebagai berikut.
- Mengurangi beban arus mudik jalan raya dengan cara: memperpanjang waktu libur sebelum Lebaran dan membaginya berdasarkan wilayah dan/atau instansi. Sebagai contoh:
- Lebaran H-0 adalah tanggal 6 Juli 2016 berarti jatuh pada hari Rabu. Jika hari Senin sudah diliburkan maka akan ada 4 hari hari perjalanan dimulai dari Jumat malam (1 Juli). Jika pemudik dapat dihimbau untuk bergilir mudik selang satu hari sampai Senin 4 Juli tampaknya akan cukup mengurangi kemacetan yang akan terjadi. Jika tidak bergilir maka sangat mungkin arus mudik terkonsentrasi di hari Sabtu dan Minggu, yang menimbulkan kemcetan besar. Masalahnya apakah pemudik dapat sepakat, sementara tidak ada pinalti untuk itu.
- Cara lain adalah dengan membagi hari libur mulai Kamis (30 Juni), Jumat, dan Selasa. Instansi berbagi antara Pemerintah Pusat, Pemda DKI Jakarta, Pemda Bodetabek, dan TNI/Polri.
- Jika alternatif 1a yang harus diterapkan maka beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan, yaitu.
- Menerapkan contraflow di tol Jakarta- Cikampek dan buka tutup restarea.
- Kapasitas pintu tol Cikopo ditingkatkan dari tahun lalu, baik dengan mempercepat pelayanan atau menambah gerbang.
- Bantuan SPBU di restarea tipe B tol Cipali..
- Buka tutup tol di Sumberjaya diberlakukan 24 jam, dan arus mudik dialihkan ke arteri. Pengamanan dan monitor terhadap keamanan dan kemacetan di ruas arteri Bandung-Palimanan. Dengan demikian panjang antrian hanya sekitar 14 Km, tidak seperti tahun 2015 yang mencapai 38 Km.
- Pemasangan sistem informasi kemacetan di setiap restarea tol Cipali, agar pemudik dapat mudah diarahkan khususnya pengalihan arus ke arteri di Sumberjaya atau Arjawinangun.
- Tidak disarankan menambah kapasitas di pintu tol Palimanan, karena efek filter berkurang sementara kemampuan tol Palikanci sangat terbatas. Kecuali diatur buka tutup dari arteri Pantura Arjawinangun ke tol Palikanci, dan Pintu tol Plumbon.
- Berlakukan contraflow di tol Palikanci dan buka tutup restarea.
- Menambah kapasitas pintu tol Mertapada.
- Membuka pintu keluar tol Cileduk, membagi arus yang hendak ke selatan (Purwokerto) melalui jalan kolektor Cileduk- Kersana- Ketanggungan. Pos-pos pengamanan dilengkapi.
- Bantuan SPBU di restarea tol Pejagan.
- Pengarahan pemisahan arus sejak awal antara yang hendak ke Brebes Timur maupun ke Ketanggungan/ Pantura Pejagan.
- Buka tutup SPBU dan warung di simpang Pantura Kanci dan simpang Pejagan- Ketanggungan.
- Simpang exit tol Brebes Timur- Pantura di Kaligangsa dioperasikan secara adil agar arus dari arteri tidak terlalu terhambat.
- Upayakan jalan alternatif untuk memby-pass simpang Maya Tegal dan Dr. Soetomo. Dapat menggunakan alternatif jalan Mataram- Brawijaya- Kapt. Tendean Tegal.
- Buka tutup SPBU/ warumg sepanjang Dampyak- Surodadi.
- Dikembangkan pos- pos pengendali lalu lintas yang terintegrasi baik lokal maupun antar wilayah. Setidaknya meliputi: Sumberjaya- Palimanan- Arjawinangun- Plumbon, Cileduk- simpang Pejagan- Ketanggungan, simpang Mataram- simpang Maya- Dampyak.
- Khusus tentang bottleneck di Kota Tegal, apabila jalur alternatif tidak memungkinkan maka perlu dikaji perubahan sistem arah dalam kota. Prinsipnya harus ada jalur utama (jalur mudik) yang meliputi 3 lajur tanpa gangguan yang besar. Salah satu yang mungkin adalah melibatkan jalan Kol. Soegiono, Gajah Mada, Ahmad Yani, Yos Sudarso, Setia Budi, dan lainnya, sebagaimana skema berikut ini.
Alternatif Sistem Arah Arus Mudik Kota Tegal
Langkah- langkah di atas kemungkinan perlu dipertahankan sampai sistem tol pantura lengkap hingga Semarang. Sejalan dengan tahap operasi tol pantura, kemacetan lalu lintas akan semakin bergeser ke arah timur dan cenderung berkurang jika pembangunan cepat dilaksanakan.
- Arus balik juga akan bermasalah jika libur berkhir di tanggal 10 Juli 2016, karena arus terkonsentrasi di dua hari saja yaitu Sabtu dan Minggu. Penanganannya secara umum menggunakan reverse manajemen di atas. Perlu perhatian khusus adalah pertemuan antara tol Cipularang dan Cipali di Km 62-66 karena 5 lajur bertemu di 3 lajur.
Jika alternatif 1b diterapkan maka akan lebih efisien, hari libur secara adil dapat berakhir di hari Selasa tanggal 12 Juli 2016.