DAMPAK BEBAN ARUS KENDARAAN PENGEMBANGAN BANDARA JABODETABEK DALAM TRANSPORTASI WILAYAH PROPINSI DKI JAKARTA


  1. Pendahuluan

Tulisan di bawah ini menjelaskan dampak beban arus kendaraan pada jaringan jalan DKI Jakarta akibat pengembangan bandara. Sumber analisa adalah suatu bagian bahasan pada Studi Tinjau Ulang Tatrawil Propinsi DKI Jakarta Dalam Mendukung MP3EI, 2012.

Gambar 1. Posisi BandaraGambar 1. Posisi Bandara

  1. Metoda

Metoda yang digunakan adalah mengembangkan model peramalan kebutuhan dan kendaraan. Kemudian menganalisa distribusinya.

  1. Prakiraan Jumlah Penumpang

Metoda prakiraan kebutuhan menggunakan regresi antara jumlah penumpang total (total pax), dengan variabel bebas sosio-ekonomi. Variabel sosio- ekonomi PRDB dan jumlah penduduk sudah umum digunakan dalam perencanaan bandara.

Telah dilakukan regresi dalam tiga kelompok yaitu terhadap variabel PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000, jumlah penduduk, dan variabel komposit PDRB rata- rata per kapita.

Data dan asumsi yang digunakan:

  1. Data series tahun 2000 sampai dengan tahun 2011 meliputi: jumlah penumpang total, PDRB (harga konstan tahun 2000), dan jumlah penduduk.
  2. Pertumbuhan PDRB 6% per tahun.
  3. Pertumbuhan jumlah penduduk 2% per tahun.

Nilai-nilai PDRB dan jumlah penduduk yang telah dianalisis adalah DKI Jakarta, Bodetabek, Jabar, Indonesia. Hanya model dengan variabel PDB Indonesia, PDRB DKI Jakarta dan Jawa Barat yang dikemukakan di sini. Model dengan variabel sosio-ekonomi dari wilayah lain memberikan koefisien deterministik R2 yang lebih rendah.

Koefisien R2 ini merupakan koefisien penting bagi kinerja model, semakin tinggi R2 maka semakin baik model dalam menjelaskan keadaan. R2= 0,90 berarti bahwa variabel model dapat memberikan informasi sebesar 90%. Sisanya 10% masih belum terjelaskan, mungkin perlu tambahan variabel lain atau memang disebabkan oleh variasi random.

Rangkuman hasil pemodelan sebagai berikut:

  1. Koefisien deterministik R2 tinggi ada pada model PDRB
  2. Model dengan variabel jumlah penduduk menempati urutan kedua
  3. Variabel PDRB per kapita memiliki R2 terendah.

Model dengan variabel bebas PDRB DKI Jakarta dan gabungan dengan PDRB Jabar memberikan R2= 97% (tertinggi), variabel PDRB Jabar kedua tertinggi yaitu R2= 95%.

Model PDB Indonesia memberikan R2= 93%, namun perlu dikemukakan mengingat sebelumnya telah ada kajian menyangkut multi airport system telah menggunakan model ini.

Kajian lain menyangkut prakiraan jumlah penumpang bandara juga telah dilakukan pada studi MPA pada tahun 2011.

Perbandingan antara hasil model prakiraan kajian yang lalu dan analisis studi ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Prakiraan Jumlah Penumpang Total Bandara Soekarno-HattaGambar 2. Prakiraan Jumlah Penumpang Total Bandara Soekarno-Hatta

Tiga trend terbawah menjelaskan hasil kajian lalu, dengan 3 asumsi rasio PDB yaitu case 1=5.0%, case 2= 5.8%, dan case 3=6.5%. Studi MPA memiliki tren diantara rasio PDB 5,8% dan 6,5% pada kajian multi airport system.

Dua tren di atasnya adalah hasil analisis studi ini (y = 29.27PDB – 2E+07 dan y = 171.8PDRB DKI – 2E+07), dimana cenderung lebih tinggi. Kecenderungan ini disebabkan antara lain bahwa data yang digunakan adalah terbaru dengan memasukan data total pax tahun 2011 yang telah mencapai 51 juta penumpang/thn. Sedangkan kedua model terdahulu dibangun dengan data sebelum tahun 2011, dan telah terjadi ketidaksesuaian prakiraan pada tahun 2011 sebesar 6%-12%.Untuk selanjutnya akan digunakan model hasil analisis studi ini.

  1. Analisis Kapasitas

Rencana pengembangan bandara akan meningkatkan kapasitas sebagaimana pada kajian Multi Airport System sebagai berikut:

Gambar 3. Pengembangan Bandara Soekarno HattaGambar 3. Pengembangan Bandara Soekarno Hatta

Dari grafik diatas diketahui bahwa kapasitas dua landasan pacu yang ada saat ini hanya akan mampu melayani pertumbuhan volume penumpang sampai tahun 2014 (53 juta pemumpamg/thn). Jika dilakukan penambahan landasan pacu ke 3 (69 juta penumpang/thn) maka diestimasikan dapat melayani pertumbuhan penumpang sampai tahun 2019. Oleh karena itu setelah tahun 2019, diperlukan penambahan kapasitas melalui pembangunan bandara baru.

Dengan adanya tren baru (dengan data terbaru) nampak bahwa kapasitas 69 mpa sudah akan terlampaui pada tahun 2015. Dan kapasitas 71 mpa akan dilampaui pada tahun 2016.Tren terbaru ini mengindikasikan perlunya percepatan operasional bandara baru.

  1. Asal Tujuan Penumpang Bandara

Selain memprakirakan jumlah penumpang sampai dengan tahun 2031, pada kajian ini juga dianalisis sebaran penumpang Bandara. Analisis didasarkan kepada hasil Survai ATTN 2011.

Pada kajian ini akan dianalisis komposisi asal perjalanan penumpang udara ke Bandara Soekarno- Hatta apabila bandara baru dioperasikan di Karawang.

Analisis terhadap data hasil survey ATTN 2011 menjelaskan bahwa pengguna moda udara yang berpotensi melalui bandara Sutta mayoritas berasal dari Provinsi Jawa Barat. Kedua dari Jabodetabek, ketiga dariProvinsi Banten dan Jawa Tengah.

Gambar 4. Asal Tujuan Penumpang BandaraGambar 4. Asal Tujuan Penumpang Bandara

Dengan beroperasinya bandara Karawang di masa depan maka akan terjadi pengalihan sebagian penggunaan bandara. Untuk kebutuhan analisis maka disusun beberapa asumsi sebagai berikut.Data dan asumsi yang digunakan:

  1. Distribusi penumpang mengikuti Data Survey Asal Tujuan Nasional Tahun 2011, dan diasumsikan akan tetap berlaku selama periode tahun perencanaan.
  2. Adanya tingkat pelayanan dan aksesibilitas yang sama antara bandara Sutta dan bandara Karawang.
  3. Penumpang udara dari Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten 100% tetap ke Bandara Soetta.
  4. Potensi penumpang dari Prov Lampung akan tetap ke Bandara Soetta.
  5. Penumpang dari Bekasi , Depok, dan Bogor 50% ke Bandara Soetta, 50% ke Bandara Karawang
  6. Penumpang dari daerah yang lain di Jabar akan ke Bandara Karawang
  7. Potensi penumpang bandara Soetta dari Provinsi Jateng 50% akan divert ke Bandara Karawang.

Dengan asumsi serta data sebaran eksisting di atas maka terdapat potensi berkurangnya pengguna bandara Soetta menjadi hanya 40%.

Gambar 5 Persentase Perpindahan Penumpang Bandara SHIA dan KarawangGambar 5. Persentase Perpindahan Penumpang Bandara SHIA dan Karawang

  1. Beban lalu lintas jalan raya

Dengan adanya pengalihan sebagian penumpang bandara Soetta dari wilayah bagian timur ke bandara Karawang maka beban arus kendaraan ke/dari bandara Soetta juga akan berkurang. Hal ini memberikan dampak positif bagi kelancaran lalu lintas di jalan raya (dan tol) di wilayah DKI Jakarta.

Analsis beban lalu lintas bandara didasarkan pada trip rate antara jumlah penumpang total dan data survey primer lalu lintas di jalan tol bandara, rangkuman hasilnya sebagai berikut

Gambar 6.  Perkiraan Bangkitan Lalu Lintas Bandara Soekarno-Hatta vs KarawangGambar 6. Perkiraan Bangkitan Lalu Lintas Bandara Soekarno-Hatta vs Karawang

  1. Bandara Halim Perdana Kusuma

Perkembangan penumpang bandara selama 5 tahun terakhir cenderung menurun pada angka yang rendah (0,5% dari demand Bandara Soetta).

Gambar 7. Perkiraan Penumpang Bandara Halim Perdana KusumaGambar 7. Perkiraan Penumpang Bandara Halim Perdana Kusuma

Hal tersebut wajar oleh sebab Bandara Halim PK, yang merupakan milik TNI AU, selama ini hanya digunakan untuk penerbangan khusus (VVIP dan militer), serta carter.

Di dalam Cetak Biru Transportasi Udara 2004-2025 Bandara Halim PK adalah salah satu bandara yang belum memiliki Rencana Induk.

Sehubungan padatnya Bandara Soetta, dan masih membutuhkan waktu lama untuk mengoperasikan bandara baru Kerawang maka Bandara Halim PK diwacanakan menjadi secondary airport mendukung Bandara Soetta.

Jika tahun 2019 yang menjadi limit dengan kapasitas 69 juta penumpang per-tahun pada 3 runway (studi MPA) tidak terpenuhi maka akan terdapat sisa 16 juta (kapasitas 2 runway adalah 53 juta) harus ditanggulangi oleh secondary airport. Artinya akan terdapat 100 kali dari penumpang di Bandara Halim PK saat ini.

Peningkatan penumpang sebesar itu diperkirakan akan menambah lalu lintas sebesar 12000 kendaraan perhari (kurang lebih 1000 smp/jam). Kondisi lalu lintas akan lebih berat lagi apabila prakiraan studi ini yang terjadi (dengan data terbaru 2011) yaitu penumpang Bandara Soetta mencapai 95 juta pada tahun 2019.

Perlu perkuatan ruang parkir dan akses (kapasitas jalan dan/atau angkutan umum) bandara apabila wacana secondary airport diterapkan di Bandara Halim PK.

Menyangkut pilihan sebagai bandara khusus LCC atau full service yang perlu dipertimbangkan, sehubungan dengan bangkitan lalu lintas jalan rayanya, bahwa antara LCC dengan premium adalah rate kendaraan/penumpang akan cukup berbeda apabila pelayanan public transport diperkuat ke arah Bandara Halim PK. Kecenderungan penumpang LCC terhadap publik transport lebih tinggi dibandingkan penumpang premium.

  1. Kesimpulan

Pembangunan dan operasional bandara internasional di sebelah timur DKI Jakarta akan memberikan dampak positif bagi pengurangan beban arus kendaraan di jaringan jalan DKI. V/C rasio beberapa koridor di DKI akan berkurang kelajuannya, yang pada akhirnya akan mengurangi potensi kemacetan.

Dilain pihak mengembangkan Bandara Halim PK sebagai secondary airport pendukung Bandara Soetta perlu disikapi dengan manajemen lalu lintas yang baik agar kemacetan yang diakibatkan tidak terlampau berat. Guna keperluan tersebut perlu dilakukan penelitian yang seksama mengenai dampak lalu lintasnya.

Penulis: Sawang Lazuardi