Monthly Archives: April 2021


RESTRUKTURISASI LAYANAN TRAYEK LANGSUNG TRANSJAKARTA (KASUS: TRANSJAKARTA RUTE 6H)

Penulis:

Erni Noraa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: erninms@gmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Layanan trayek langsung Transjakarta 6H beroperasi dengan rute yang serupa dengan layanan angkutan eksisting, yaitu Kopaja P20. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada indikator kinerja rute dan operasional layanan trayek langsung dan analisis karakteristik pola perjalanan penumpang, diketahui bahwa rute dan operasional layanan tersebut tidak efektif. Ketidakefektifan tersebut dikarenakan lama perjalanan pulang pergi yang melebihi standar dan faktor muat yang rendah pada 2 segmen terakhir layanan tersebut. Permintaan penumpang segmen 1 pada 2 segmen terakhir tersebut pun rendah. Dengan demikian, langkah restrukturisasi dianggap perlu untuk meningkatkan efektivitas rute dan operasional layanan Transjakarta rute 6H.

Langkah restrukturisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas rute dan operasional layanan tersebut. Perancangan restrukturisasi rute dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai saran kepada pihak PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) serta dapat menjadi acuan restrukturisasi bagi rute – rute Transjakarta lainnya.

RESTRUKTURISASI LAYANAN TRAYEK LANGSUNG TRANSJAKARTA (KASUS: TRANSJAKARTA RUTE 6H)

EVALUASI KINERJA RUTE DAN OPERASIONAL TRAYEK LANGSUNG TRANSJAKARTA (STUDI KASUS: TRANSJAKARTA RUTE 6H)

EVALUASI KINERJA RUTE DAN OPERASIONAL TRAYEK LANGSUNG TRANSJAKARTA (STUDI KASUS: TRANSJAKARTA RUTE 6H)

Penulis:

Erni Noraa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: erninms@gmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Pada tahun 2016, PT Transportasi Jakarta melakukan integrasi layanan dengan operator Kopaja, yaitu pada layanan Kopaja AC yang melintas di jalur khusus bus (busway) dan singgah di beberapa halte pada koridor Transjakarta. Integrasi dilakukan agar Transjakarta dapat memberikan layanan langsung bagi penduduk yang menuju ke pusat kota. Salah satu kebijakan integrasi yang dilakukan adalah pada layanan Kopaja P20 AC dengan rute Lebak Bulus – Senen yang melayani rute serupa dengan rute eksisting dan kini menjadi layanan Transjakarta rute 6H. Saat ini, Transjakarta rute 6H telah dilayani oleh dua operator, yaitu PPD dengan menggunakan jenis bus besar dan Kopaja dengan jenis bus sedang.


RESTRUKTURISASI DAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN BUS SEDANG KE DALAM JARINGAN ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN (KASUS: RUTE LEBAK BULUS- PASAR SENEN)

Penulis:

Fakhrinanisa Islah Birru Akhsanaa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: islahbirru@gmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Dari seluruh trayek layanan bus sedang, trayek Lebak Bulus – Pasar Senen merupakan trayek terpanjang dengan jarak tempuh ± 25,5 km, dan pada trayek ini terjadi tumpang tindih total antara trayek bus reguler P-20 dengan trayek Transjakarta 6H. Dengan tarif yang lebih murah dan layanan yang lebih baik seharusnya penumpang bus reguler P-20 sudah beralih menggunakan layanan Transjakarta, namun fakta lapangan dan dari penelitian sebelumnya (Budi, 2015), komposisi jumlah armada bus reguler P-20 masih seimbang terhadap Transjakarta 6H yang dapat diartikan masih ada permintaan terhadap layanan P-20. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah rute bus sedang reguler eksisting ini masih layak beroperasi atau harus direstrukturisasi dan sekaligus diintegrasikan ke dalam sistem angkutan massal yang ada.

RESTRUKTURISASI DAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN BUS SEDANG KE DALAM JARINGAN ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN (KASUS: RUTE LEBAK BULUS- PASAR SENEN)

OPTIMASI JUMLAH ARMADA BIS PERKOTAAN DI KORIDOR DENGAN TRAYEK TUMPANG TINDIH

OPTIMASI JUMLAH ARMADA BIS PERKOTAAN DI KORIDOR DENGAN TRAYEK TUMPANG TINDIH

Penulis:

Malna Widahtaa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: malnawidahtam@gmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Mengacu kepada beberapa literatur (Ditjendat, 2002; ITDP, 2007; Khisty, 2011; Vuchic, 2005) mengestimasi kebutuhan jumlah armada dari suatu trayek bus perkotaan didasarkan atas besaran permintaan maksimum disuatu segmen sepanjang trayek tersebut. Dengan menggunakan besaran permintaan maksimum, maka ada potensi terjadinya inefesiensi operasional bila terjadi fluktuasi yang signifikan dari besaran permintaan di masing-masing segmen dari trayek tersebut yang direpresentasikan oleh faktor faktor muat yang rendah dengan persentase jumlah yang relatif besar. Bila sejumlah trayek beroperasi di suatu koridor maka potensi inefisiensi akan menjadi lebih besar lagi, karena di sejumlah segmen tertentu, bahkan mungkin disemua segmen terjadi tumpang tindih trayek.


IMPLIKASI PENGOPERASIAN JALAN BEBAS HAMBATAN PADA KINERJA KORIDOR JALAN ARTERI YANG SEJAJAR (KASUS: JALAN IR. H. JUANDA DEPOK)

Penulis:

Annysha Dinaa,1, Alvinsyaha,b,2, Sawang Lazuardib,3

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: annyshadina@gmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

3 E-mail: lazuardisawang@gmail.com

 

Deskripsi:

Keberadaan Jalan Ir. H. Juanda di Kota Depok, meningkatkan aksesibilitas masyarakat untuk berpindah dari sisi timur (Jalan Raya Bogor) ke sisi barat (Jalan Margonda Raya) dan dengan waktu tempuh lebih singkat. Namun, semakin meningkatnya jumlah penduduk, beban volume lalu lintas di ruas jalan tersebut semakin tinggi sehingga menurunkan tingkat layanannya. Pembangunan ruas Jalan Tol Cijago seksi 2A yang letaknya sejajar dengan koridor Jalan Ir. H. Juanda diharapkan akan memberikan berdampak positif bagi pengguna jalan dalam hal aksesibilitas. Di sisi lain, pengoperasian jalan tol tersebut dapat berpotensi menimbulkan masalah di Jalan Ir. H. Juanda yang diakibatkan oleh volume kendaraan yang berasal dari pintu keluar tol, serta akan menambahkan beban arus lalu lintas terhadap beberapa fasilitas Putar Balik di sepanjang koridor.

IMPLIKASI PENGOPERASIAN JALAN BEBAS HAMBATAN PADA KINERJA KORIDOR JALAN ARTERI YANG SEJAJAR (KASUS: JALAN IR. H. JUANDA DEPOK)

TINJAUAN KINERJA SIMPANG BERBASISKAN ANALISIS MESSO PADA LINGKUP JARINGAN TERBATAS [KASUS: SIMPANG MARGONDA - JUANDA, DEPOK]

TINJAUAN KINERJA SIMPANG BERBASISKAN ANALISIS MESSO PADA LINGKUP JARINGAN TERBATAS [KASUS: SIMPANG MARGONDA – JUANDA, DEPOK]

Penulis:

Talitha Ayua,1, Alvinsyaha,b,2, Sawang Lazuardib,3

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: taalithaayu@gmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

3 E-mail: lazuardisawang@gmail.com

 

Deskripsi:

Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan atau infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan kelancaran lalu lintas wajib melakukan analisa dampak lalu lintas (Mentri Perhubungan RI, 2015). Dalam memprediksi dampak lalu lintas yang ditimbulkan dibutuhkan tinjauan kinerja lalu lintas. Kinerja lalu lintas pada Simpang Margonda – Juanda Depok dipengaruhi oleh pengoperasian Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI) dan Tol Cijago (Cinere – Jagorawi) Seksi II A. Penambahan arus lalu lintas dan prasarana jalan baru menuju Simpang Margonda – Juanda akan berdampak pada kapasitas dan perilaku lalu lintas.


PENGEMBANGAN MODEL BANGKITAN PERJALANAN BERBASISKAN METODA ITE (KASUS: GUNA LAHAN TIPE RUMAH SAKIT)

Penulis:

Naufal Maulanaa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: naufalm999@gmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Merujuk kepada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 75 (2015) mengenai penyelenggaraan analisis dampak lalu lintas, diperlukan analisis bangkitan/tarikan perjalanan berdasarkan nilai minimum karakteristik tata guna lahan yang telah ditetapkan secara nasional. Belum didapati adanya basis data bangkitan perjalanan yang lengkap untuk setiap tata guna lahan, serta belum adanya prosedur standar untuk analisis model bangkitan perjalanan di Indonesia mengingat sistem transportasi masyarakat perkotaan yang cukup beragam dibandingkan negara lain. Oleh karena itu dalam adopsi prosedur analisis dari negara lain, perlu disesuaikan dengan kondisi di lingkup wilayah yang diobservasi. Rumahj sakit pusat jpada suatuj perkotaan dapat menimbulkan bangkitan perjalanan yang cukup signifikan, terutama di kawasan padat penduduk seperti DKI Jakarta pada waktu-waktu tertentu. Perencanaan transportasi akibat pembangunan dan pengembangan rumah sakit dapat terarah lebih baik jika tersedia data bangkitan perjalanannya.

PENGEMBANGAN MODEL BANGKITAN PERJALANAN BERBASISKAN METODA ITE (KASUS: GUNA LAHAN TIPE RUMAH SAKIT)

PENGEMBANGAN MODEL UNTUK ESTIMASI KEBUTUHAN RUANG PARK & RIDE BEDASARKAN PENGGUNA KAPTIF KERETA PERKOTAAN (KASUS: STASIUN KERETA BOGOR)

PENGEMBANGAN MODEL UNTUK ESTIMASI KEBUTUHAN RUANG PARK & RIDE BEDASARKAN PENGGUNA KAPTIF KERETA PERKOTAAN (KASUS: STASIUN KERETA BOGOR)

Penulis:

Delvi Fitryana Anisaa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: delvifitryana@hotmail.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Untuk meningkatkan aksesibilitas angkutan massal diperlukan prasarana dan fasilitas pendukung yang dapat memberikan pilihan dan kemudahan bagi pelaku perjalanan terutama yang memiliki akses terhadap kendaraan pribadi. Hal ini menjadi sangat penting  karena aksesibilitas yang terbatas, khususnya pada angkutan massal berkapasitas besar, tidak bisa memberikan layanan dari pintu ke pintu. Oleh karena itu untuk meningkatkan daya tarik bagi calon penggunanya perlu dilakukan upaya untuk mendekatkan layanan kepada calon penggunanya. Salah satu upaya yang lazim dan bisa dilakukan adalah menyiapkan fasilitas layanan parkir kendaraan pribadi yang terpadu dengan sistem angkutan massal yang lazim diistilahkan sebagai fasilitas Park and Ride/P&R (Rosli et al, 2012). Fasilitas ini merupakan tempat parkir dengan kapasitas tampung yang besar dan berbiaya murah di stasiun angkutan massal yang umumnya terletak di daerah pinggiran/perbatasan kota, sehingga seseorang yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi dapat meninggalkan kendaraannya  di fasilitas tersebut dan berpindah menggunakan moda angkutan massal menuju ke lokasi yang dituju (Ying dan Xiang, 2009).


Analisa Kinerja Simpang Jl. Raya Bogor – Jl. Juanda dan Simpang Jl. Margonda Raya – Jl. Juanda Akibat Pembukaan Pintu Tol Cijago Seksi IIA

Penulis:

M Irfan Apriandaa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: irfanaprianda@yahoo.com

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Sebagai bagian dari wilayah metropolitan Jakarta, Kota Depok turut terlibat dalam aktifitas ekonomi Jakarta yang terus berkembang. Hal tersebut memicu mobilitas baik orang maupun barang dan menciptakan permintaan infrastruktur transportasi yang semakin tinggi, khususnya jalan. Pembangunan Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) Seksi IIA yang merupakan bagian dari jaringan Tol JORR 2 adalah jawaban dari fenomena tersebut. Tol ini memiliki gerbang keluar di Jalan Juanda dan gerbang masuk di Jalan Margonda Raya. Pengoperasian tol tersebut bisa mengurangi beban lalu lintas pada persimpangan Jl. Juanda – Jl. Raya Bogor, namun juga berpotensi memberi dampak buruk bagi simpang Jl. Margonda Raya – Jl. Juanda karena timbul tambahan lalu lintas dari gerbang tersebut. Pada persimpangan, saat arus kendaraan semakin mendekati kapasitas nya, maka akan terjadi peningkatan antrian, terutama pada peak hour atau jam-jam sibuk, hal inilah yang dapat terjadi pada kedua persimpangan.

Analisa Kinerja Simpang Jl. Raya Bogor - Jl. Juanda dan Simpang Jl. Margonda Raya - Jl. Juanda Akibat Pembukaan Pintu Tol Cijago Seksi IIA

IMPACT ON RIDERSHIP OF NEW RAILBASE TRANSIT DUE TO THE OPERATION OF EXTENSIVE BUS SEMIRAPID TRANSIT NETWORK (CASE STUDY: JABODETABEK PUBLIC TRANSPORT NETWORK)

IMPACT ON RIDERSHIP OF NEW RAILBASE TRANSIT DUE TO THE OPERATION OF EXTENSIVE BUS SEMIRAPID TRANSIT NETWORK (CASE STUDY: JABODETABEK PUBLIC TRANSPORT NETWORK)

Penulis:

Edy Hadiana,b,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesian

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: edy_hadian@iutri.org

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

 

Deskripsi:

In the near future Jabodetabek (Greater Jakarta) area will have a new railbase mass transit system which consists of Central Government Light Rail Train (CG-LRT) and Jakarta Local Government Light Rail Train (DKI-LRT). Currently, two CG-LRT corridors connecting Cibubur (Southeast of Jakarta) area and Bekasi (Eastern of Jakarta) area with City of Jakarta and DKI-LRT phase-1 of the first corridor connecting Kelapa Gading area with Velodrome at Pulo Mas area are under construction. Besides, the construction of Jakarta North-South MRT stage 1 connecting Southern part of Jakarta with Central part of Jakarta is also on progress. These new railbase mass transit shown in Figure 1, are expected to be in operation in the year of 2020. Meanwhile, in early 2016, the Central Government established a new agency under Ministry of Transportation called Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) which is responsible for all transportation issues in Jabodetabek (Greater Jakarta) Area.


ANALISIS KERELAAN MEMBAYAR LEBIH MAHAL UNTUK FAKTOR KENYAMANAN BERKENDARA DI KOTA YANG BELUM MEMILIKI ANGKUTAN MASSAL (STUDI KASUS: KOTA PEKANBARU)

Penulis:

M. Rizky Mulyonoa,1, Alvinsyaha,b,2

 a Universitas Indonesia

b Indonesian Urban Transport Institute

1 E-mail: wanmuhammadrezki@yahoo.co.id

2 E-mail: alvinsyah@iutri.org

Deskripsi:

Besarnya perjalanan dengan moda tertentu diestimasi dari suatu model yang didasarkan atas berbagai atribut yang mempengaruhi pelaku perjalanan untuk memilih suatu moda tertentu baik dari sisi pelaku perjalanan, jenis perjalanan maupun layanan yang tersedia. Berbagai atribut ini ada yang bersifat kuantitatif seperti waktu tempuh perjalanan, biaya perjalanan dan ada yang bersifat kualitatif seperti kenyamanan berkendara, keselamatan, keamanan, jenis layanan, kondisi fisik kendaraan, kemudahan mencapai layanan dan berbagai atribut lainnya. Penelitian ini lebih difokuskan pada pilihan moda angkutan di kota yang belum memiliki angkutan massal.

ANALISIS KERELAAN MEMBAYAR LEBIH MAHAL UNTUK FAKTOR KENYAMANAN BERKENDARA DI KOTA YANG BELUM MEMILIKI ANGKUTAN MASSAL (STUDI KASUS: KOTA PEKANBARU)